Tetapi, lumayan mahal juga, ya, peralatannya. Catnya aja (Reeves/Marie's/Pentel) bisa lima puluh ribu satu paket. Minyaknya sendiri, ukuran botol kecil, bisa 25000. Kanvasnya (yang bagusan) harganya sekitar 20000-an (yang kecil). Pokoknya, tiap kali belanja, abis 150000. Itu juga udah diteken-teken biar murah jatuhnya.
Nggak kebayang gimana alm. Datuk Tji dulu terus berkarya, mengingat dia pake cat Rembrandt's yang satu tube-nya bisa berharga 100000-an lebih. Dan kuasnya yang berkualitas paling bagus (Rembrandt's juga mereknya: bisa 50000 untuk kuas nomor 7/8/9). Cat minyaknya juga, ada yang seharga 500000 satu botol (tapi botolnya BESAR). Mungkin modal melukis pake cat minyak itu, sepadan dengan harga jual lukisannya, ya? (kalau Datuk Tji, lukisannya dikasih harga sekitar 20.000.000 - 700.000.000 rupiah).
Tampaknya, melukis itu bisnis yang sangat membingungkan. Jadi, aku nggak akan berbisnis via lukisan. Harga yang dikasih objektif, modalnya lumayan pula...
Tapi, aku sudah mencoba membuat lukisan cat minyak-ku sendiri. Lukisan ini harusnya sudah bisa dibilang selesai (meskipun belum kering dan belum ditandatangani, dan mungkin masih akan mengalami proses editing lagi.) Tetapi aku tidak sabar untuk men-share lukisan ini. Nanti, kalau sudah benar-benar selesai, tamat, jadi, the-end, finish, finis, dll, akan aku re-upload fotonya.
Lucu, kan? Nah, lukisan ini(percaya nggak percaya adalah karyaku), dilukis berdasarkan foto ini:
Ngomong-ngomong, kembali ke fine art secara general, entri-entri selanjutnya dari blog-ku mungkin akan ngebahas mengenai fine art terlebih dahulu. Terutama yang dibuat oleh Datuk Tji (alm), berhubung aku memiliki pengetahuan yang cukup mengenai fine art indonesia dan lumayan cukup mengenai fine art dari negara-negara lain.
Misiku kali ini, adalah untuk memperkenalkan Datuk Tji dan para pelukis-pelukis Indonesia yang lain (yang adalah favoritku) kepada teman-teman semua. Hehehe.